APEC Board Advisory Council 2013 Writing Competition: Final Submission(Bahasa)
By aghnia mega safira - August 28, 2014
Here we go! Bahasa Indonesia version of my Final Submission for ABAC Writing competition. Iya, yang saya juara 2 itu. (HAHAHA!)
Brief: Apa dan bagaimana pandangan finalis tentang ABAC dan APEC setelah terlibat langsung dalam rangkaian kegiatan 4th ABAC Meeting dan APEC CEO Summit 2013 di Bali dari tanggal 30 September – 8 Oktober 2013.
Sebagai mahasiswa komunikasi, saya sebelumnya hanya memahami APEC sebagai gabungan negara-negara Asia Pasifik yang membicarakan hal ekonomi. Saya sebelumnya berpikir bahwa APEC tidak ada hubungannya dengan studi maupun kehidupan sehari-hari saya. Saya bahkan belum pernah mendengar mengenai ABAC.
Namun ternyata, pengalaman di Bali membuktikan bahwa saya salah. APEC dan ABAC membicarakan ekonomi, perdagangan, kerjasama multinasional, dan politik, yang sesungguhnya sangat mempengaruhi kehiduan kita.
APEC dan ABAC adalah forum besar dimana para pemimpin baik dari sektor pemerintah maupun swasta bertemu dan berbicara mengenai hal penting yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Forum-forum ini berdiskusi mengenai masa depan Asia Pasifik dan seperti dikatakan oleh Bapak Wishnu Wardhana dalam welcome message di website APEC, menyediakan high quality networking yang dapat mengacu pada proses lobbying.
Seperti yang saya tulis dalam artikel saya mengenai APEC dan ABAC, APEC merupakan forum dimana pemerintah berbicara mengenai kebijakan untuk kepentingan global Asia Pasifik. Singkatnya, APEC menciptakan kebijakan. Kebijakan tersebut kemudian dijalankan oleh pihak swasta, para pebisnis yang tergabung dalam ABAC.
Bagi saya, forum APEC dan ABAC adalah sebuah kesempatan. Kesempatan untuk setiap pebisnis dan ekonomi APEC yang terlibat dalam pertemuan ini untuk memperoleh keuntungan bagi diri mereka, bagi bisnis mereka, dan bagi negara.
Dalam pikiran-orang-awam-dalam-dunia-ekonomi-dan-politik yang ada di benak saya, ABAC 4th meeting and APEC CEO Summit menjelaskan bahwa APEC dan ABAC memperhatikan empat isu utama: sustainabilityatau keberlanjutan, connectivity atau keterhubungan, pertumbuhan global, serta perdagangan dan investasi.
Sustainability atau keberlanjutan diantaranya berbicara mengenai energi terbarukan dan ketahanan pangan. Ini merupakan isu yang penting untuk setiap anggota ekonomi. Seperti dikatakan oleh ahli ekonomi Inggris Thomas Malthus, pertubuhan penduduk mengikuti deret hitung sementara pertumbuhan pangan mengikuti deret ukur. Suatu saat, poulasi kita dapat melebihi suplai makanan. Begitu halnya dengan energi. Energy konvensional akan habis apabila terus digunakan.
Connectivity atau keterhubungan juga merupakan masalah besar bagi ekonomi APEC. Dalam sesi 7 CEO Summit, President dan CEO Keith Williams dari Underwriters Laboratories Inc. mengatakan baha saat ini, konsumen terhubung secara global, melebihi hubungan pemerintah. Hal ini merupakan hal wajar mengingat perkembangan teknologi dan media sosial. Beliau juga mengatakan bahwa hubungan konsumen ini dapat mengendalikan regulasi lebih cepat dari yang dilakukan pemerintah.
Dalam sesi Pertumbuhan Global, Presiden Pinera dari Chile mengatakan bahwa Chile berinvestasi pada masyarakat dengan pendidikan. Realisasinya diantaranya adalah memberikan beasiswa ke luar negeri. Beliau juga mengatakan bahwa pengembangan infrastruktur juga memiliki peran penting dalam investasi terhadap masyarakat. Juga pada sesi ini, Menteri Keuangan kita Chatib Basri mengatakan bahwa sebenarnya, Indonesia tidak bisa lagi bergantung pada sumber daya yang terlhat seperti garmen. Pemerintah sebenaarnya memiliki sumber daya yang potensial, yakni kebijakan yang dapat mendukung investasi.
Dengan pengetahuan baru mengenai pertumbuhan global dan keterhubungan, kita berbicara mengenai perdagangan dan investasi. Dalam sesi Perdagangan Global, Perdana Menteri Selandia Baru John Key mengatakan bagaimana menjaga keseimbangan antara kesepakatan Free trade dengan kebijakan kesehatan makanan. Kita juga dapat melihat bagaimna John Key melakukan diplomasi terhadap Mentri Perdagangan Gita Wirjawan agar Indonesia bisa bergabung dalam free trade. (hal ini dapat menjadi peluang baik bagi Selandia Baru yang angka ekspornya mencapai 0,7 Miliar USD di 2012, dengan angka yang terus meningkat - http://industri.kontan.co.id/news/selandia-baru-perbesar-ekspor-daging-ke-indonesia)
Saat ini, semoga kita dpaat melihat arti ‘kesempatan’ saat berbicara mengenai forum APEC dan ABAC. Kita dapat melihat John Key mengambil kesempatan, berusaha memulai lobi terhadap Indonesia dalam hal kesepakatan perdagangan bebas. Saya yakin masih ada banyak kesempatan lain dalam forum APEC CEO Summit. Masalah utamanya ialah, apakah kita mengambil kesempatan itu atau tidak.
Juga saat Presiden sekaligus CEO Walmart Aia Scott Price memberitahu kita bahwa digital connectivity meningkat dibandingkan dengan physical connectivity. Ini hanyalah satu contoh informasi, masih banyak informasi lain yang lebih global, seperti saat Kishore Mahbubani berbicara mengenai optimismenya terhadap perkembangan dunia atau masalah geopolitik antara AS dan China, antara China dan Jepang.
Forum APEC dan ABAC adalah pintu. Pintu kesempatan. Pilihannya ada pada kita. Apakah kita akan berdiam diri, atau menemukan kunci yang tepat untuk membuka pintu tersebut.
Forum APEC dan ABAC : Dapatkah Kita Menemukan Kunci yang Tepat untuk Membuka Pintu Kesempatan?
Menjadi salah satu finalis ABAC Writing Competition adalah kesempatan sekali seumur hidup. Sebagai finalis, saya berkesempatan untuk terlibat dalam ABAC 4th meeting sebagai volunteer dan APEC CEO Summit sebagai observer di Nusa Dua, Bali, dari 30 September hingga 8 October 2013. Dalam kurun waktu tersebut, saya belajar mengenai banyak hal, mengalami banyak hal baru, bertemu teman-teman dan orang-orang inspiratif, dan tentu saja saya juga memiliki sudut pandang baru mengenai APEC dan ABAC.
Sebagai mahasiswa komunikasi, saya sebelumnya hanya memahami APEC sebagai gabungan negara-negara Asia Pasifik yang membicarakan hal ekonomi. Saya sebelumnya berpikir bahwa APEC tidak ada hubungannya dengan studi maupun kehidupan sehari-hari saya. Saya bahkan belum pernah mendengar mengenai ABAC.
Namun ternyata, pengalaman di Bali membuktikan bahwa saya salah. APEC dan ABAC membicarakan ekonomi, perdagangan, kerjasama multinasional, dan politik, yang sesungguhnya sangat mempengaruhi kehiduan kita.
APEC dan ABAC adalah forum besar dimana para pemimpin baik dari sektor pemerintah maupun swasta bertemu dan berbicara mengenai hal penting yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Forum-forum ini berdiskusi mengenai masa depan Asia Pasifik dan seperti dikatakan oleh Bapak Wishnu Wardhana dalam welcome message di website APEC, menyediakan high quality networking yang dapat mengacu pada proses lobbying.
Seperti yang saya tulis dalam artikel saya mengenai APEC dan ABAC, APEC merupakan forum dimana pemerintah berbicara mengenai kebijakan untuk kepentingan global Asia Pasifik. Singkatnya, APEC menciptakan kebijakan. Kebijakan tersebut kemudian dijalankan oleh pihak swasta, para pebisnis yang tergabung dalam ABAC.
Sesuai dengan analogi yang saya gunakan dalam artikel tersebut, APEC diandaikan sebagai arsitek yang mendesain dan membuat kebijakan, dan ABAC merupakan teknisi sipil yang bekerja dengan kebijakan tersebut. APEC membutuhkan ABAC untuk memhami apakah desain yang dibuat bisa diterapkan dan tepat sasaran atau tidak. ABAC dan APEC saling belajar mengenai kondisi masing-masing, ABAC memberikan laporan agar APEC bisa membuat kebijakan yang paling tepat dan sesuai untuk kedua belah pihak.
Bagi saya, forum APEC dan ABAC adalah sebuah kesempatan. Kesempatan untuk setiap pebisnis dan ekonomi APEC yang terlibat dalam pertemuan ini untuk memperoleh keuntungan bagi diri mereka, bagi bisnis mereka, dan bagi negara.
Dalam pikiran-orang-awam-dalam-dunia-ekonomi-dan-politik yang ada di benak saya, ABAC 4th meeting and APEC CEO Summit menjelaskan bahwa APEC dan ABAC memperhatikan empat isu utama: sustainabilityatau keberlanjutan, connectivity atau keterhubungan, pertumbuhan global, serta perdagangan dan investasi.
Sustainability atau keberlanjutan diantaranya berbicara mengenai energi terbarukan dan ketahanan pangan. Ini merupakan isu yang penting untuk setiap anggota ekonomi. Seperti dikatakan oleh ahli ekonomi Inggris Thomas Malthus, pertubuhan penduduk mengikuti deret hitung sementara pertumbuhan pangan mengikuti deret ukur. Suatu saat, poulasi kita dapat melebihi suplai makanan. Begitu halnya dengan energi. Energy konvensional akan habis apabila terus digunakan.
Connectivity atau keterhubungan juga merupakan masalah besar bagi ekonomi APEC. Dalam sesi 7 CEO Summit, President dan CEO Keith Williams dari Underwriters Laboratories Inc. mengatakan baha saat ini, konsumen terhubung secara global, melebihi hubungan pemerintah. Hal ini merupakan hal wajar mengingat perkembangan teknologi dan media sosial. Beliau juga mengatakan bahwa hubungan konsumen ini dapat mengendalikan regulasi lebih cepat dari yang dilakukan pemerintah.
Dalam sesi Pertumbuhan Global, Presiden Pinera dari Chile mengatakan bahwa Chile berinvestasi pada masyarakat dengan pendidikan. Realisasinya diantaranya adalah memberikan beasiswa ke luar negeri. Beliau juga mengatakan bahwa pengembangan infrastruktur juga memiliki peran penting dalam investasi terhadap masyarakat. Juga pada sesi ini, Menteri Keuangan kita Chatib Basri mengatakan bahwa sebenarnya, Indonesia tidak bisa lagi bergantung pada sumber daya yang terlhat seperti garmen. Pemerintah sebenaarnya memiliki sumber daya yang potensial, yakni kebijakan yang dapat mendukung investasi.
Dengan pengetahuan baru mengenai pertumbuhan global dan keterhubungan, kita berbicara mengenai perdagangan dan investasi. Dalam sesi Perdagangan Global, Perdana Menteri Selandia Baru John Key mengatakan bagaimana menjaga keseimbangan antara kesepakatan Free trade dengan kebijakan kesehatan makanan. Kita juga dapat melihat bagaimna John Key melakukan diplomasi terhadap Mentri Perdagangan Gita Wirjawan agar Indonesia bisa bergabung dalam free trade. (hal ini dapat menjadi peluang baik bagi Selandia Baru yang angka ekspornya mencapai 0,7 Miliar USD di 2012, dengan angka yang terus meningkat - http://industri.kontan.co.id/news/selandia-baru-perbesar-ekspor-daging-ke-indonesia)
Saat ini, semoga kita dpaat melihat arti ‘kesempatan’ saat berbicara mengenai forum APEC dan ABAC. Kita dapat melihat John Key mengambil kesempatan, berusaha memulai lobi terhadap Indonesia dalam hal kesepakatan perdagangan bebas. Saya yakin masih ada banyak kesempatan lain dalam forum APEC CEO Summit. Masalah utamanya ialah, apakah kita mengambil kesempatan itu atau tidak.
Juga saat Presiden sekaligus CEO Walmart Aia Scott Price memberitahu kita bahwa digital connectivity meningkat dibandingkan dengan physical connectivity. Ini hanyalah satu contoh informasi, masih banyak informasi lain yang lebih global, seperti saat Kishore Mahbubani berbicara mengenai optimismenya terhadap perkembangan dunia atau masalah geopolitik antara AS dan China, antara China dan Jepang.
Forum APEC dan ABAC adalah pintu. Pintu kesempatan. Pilihannya ada pada kita. Apakah kita akan berdiam diri, atau menemukan kunci yang tepat untuk membuka pintu tersebut.
Aghnia Mega Safira
0 comments