Namanya Muksin. Satu kata itu saja. Sederhana.Sesederhanan pakaian-pakaian sehari-hari yang dimilikinya. Sesederhana alat-alat sekolah yang ia pakai. Sesederhana lauk makan (tidak selalu tiga kali sehari) yang kadang-kadang hanya nasi dengan air garam.Namun mimpi Muksin tidak sederhana. Ia ingin terus bersekolah.Aku jadi teringat percakapan kami di tengah perjalanan satu jam kami ke sekolah. Saat itu, ia berkata ingin ikut aku ke Jawa. “Saya mau ke...
Sungguh tak terasa, ini adalah purnama kesembilanku di tanah Bima.Bagaikan hari kemarin, ketika aku melihat purnamaku yang pertama. Malam itu malam bulan puasa. Cuaca sungguh dingin, sebagaimana cuaca biasanya saat musim kemarau di lereng Gunung Tambora. Aku masih gelisah-gundah-tak menentu. Malam itu adalah malam-malam pertamaku hidup di desa. Malam-malam pertamaku ditinggal Pengajar Muda sebelumku. Malam-malam pertamaku jauh dari orang-orang terdekat.Kemudian aku melihatnya. Purnama...
"Belum pernah bertemu tapi bisa dengan mudahnya jatuh cinta, mungkin kah?Tentu saja sangat mungkin. karena saya baru saja mengalaminya. Jatuh cinta itu mudah, membaca surat-surat mereka saja sudah membuat saya cinta! Ya saya jatuh cinta dengan anak-anak gunung Tambora. Keluguan, semangat, kelucuan, serta kebahagiaan mereka tercermin dalam tiap kata yg tertuliskan. Hai adek-adek SDN Tambora, Muksin, Ajar, Ni Luh, Ketut, Sofiyah, Rahmat, dkk...