Tentang Melawan Masa Lalu

By aghnia mega safira - January 20, 2020

Inget gak, rasanya nonton film horror waktu kecil? Takut banget pas nonton, terus lupa, terus ketika lihat sesuatu yang mirip di film terus jeng jengketakutannya muncul. Inget gak, punya ketakutan yang bisa muncul sewaktu-waktu? Saya punya ketakutan seperti itu, yang selama ini saya simpan rapat-rapat. Sampai akhirnya semua membuncah keluar ketika hamil, memaksa saya untuk menghadapi.

Salah satu tulisan dari seri Two Women Growing Up, memaknai: gimana sih sebenernya tumbuh dewasa itu? Tema kali ini kayaknya yang paling berat sejauh ini, saya sama kak Lisa sampai saling baca dan saling menguatkan dulu sebelum post hahaha. Temanya tentang "What is the best thing you discover about yourself?"

Baca punya kak Lisa disini

Saya dibesarkan oleh orang tua tunggal. Ibu saya menjanda sejak saya TK-kalau bukan play group. Terus terang saya takut menikah. Punya anak apalagi. Saya bilang sama A, saya takut saya gak bisa berumahtangga dengan baik, dan anak saya harus mengalami apa yang saya alami.

Waktu akhirnya memutuskan menikah, saya masih takut. Tapi saya percaya sama A dan saya tahu akan ada kebaikan-kebaikan untuk hidup saya, untuk bikin hidup saya lebih dekat sama Tuhan. Yaudah jalanin aja.

Ketika saya hamil, wadaw! Berat banget! Dan saya sadar, beratnya bukan cuma karena alasan-alasan ambisus yang saya pernah tulis kemarin. Alasan utamanya, ketakutan ini. Saya sangat takut, anak saya mengalami apa yang saya alami.

Sebulan lebih setelah B lahir, kemarin saya sempat mengisi jurnal refleksi diri tahunan. Tanpa sadar, saya menulis hal-hal yang bikin saya semangat tahun ini: menyusui B langsung yang cuma bisa 2 tahun. B belajar jalan untuk pertama kali, B belajar makan pertama kali. Saya tahu saya gak mau lewatkan tanggung jawab ini. 

Di lain pihak, tidak ngantor, di rumah dan mengurus anak, ini pilihan yang enggak banget buat saya. Karena selama saya kecil dan seumur hidup saya, ibu selalu bekerja. Saya juga takut, bagaimana kalau apa yang terjadi pada Ibu saya, terjadi juga ke saya? Gimana kalau “ada apa-apa”, dan saya gak kerja?

Saya takut.
Tapi ketakutannya kan harus diterima dan dihadapi! 
Saya mewek-mewek dong pasti hahah. Saya juga diskusi panjang dengan A, dan terutama dengan diri saya sendiri. Akhirnya saya memutuskan untuk tidak mengambil kesempatan ngantor sementara ini, karena itu opsi paling masuk akal buat kami. Dengan golden age B dan pekerjaan A yang bisa pindah-pindah, dengan saya dan A yang sama-sama cranky kalau LDR haha

Proses kegalauan ini berlangsung cukup panjang (proses mempertanyakannya masih berlangsung sampai sekarang haha). Tapi saya dan A sama-sama percaya, ini yang terbaik untuk kami semua dan rezeki Tuhan udah ngatur. Toh niat kami baik.

Gak tahu tahan berapa lama, mudah-mudahan tahan. Atau kalau gak tahan, mudah-mudahan Tuhan kasih jalan dan tawaran tetap ada haha.

Yang jelas saya bangga. Saya membuat pilihan besar di hidup saya. Mungkin juga di hidup A dan B. Dan ternyata saya bisa kok, mengambil  pilihan dengan sadar. Mengambil pilihan tanpa bayang-bayang masa lalu.

Karena seperti menonton film horor, apa yang ada di benak kita sebetulnya jauh lebih menakutkan dari apa yang terjadi di dunia nyata.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments