Hari Ini Hujan (Tiga Hari untuk Selamanya Part II)

By aghnia mega safira - February 20, 2016

*posting ini adalah terusan dari post Tiga Hari untuk Selamanya Part I


Hari ini hujan.

Hari ini adalah jadwal kami berangkat pagi-pagi mengejar bus jurusan Calabai-Bima untuk pergi ke Dompu, pusat Kabupaten sebelah. Besok pagi adalah Hari Besar. Hari dimana Muksin akan melangsungkan tes seleksi. Untuk mengejar bus, dari Kampung kami harus pergi ke Pasar Senen, sekitar 40 menit naik motor apabila jalanan kering. Sejak hujan lebat semalam, aku sudah meminta. Aku berdoa agar hujan turun sederas-derasnya malam itu, agar besok pagi ada celah cerah. Agar besok pagi hujan berhenti barang sebentar saja, dan kami bisa turun ke pasar.





Pagi ini aku terbangun ketika jam digital ditanganku berbunyi lima kali. Aku segera keluar ke kamar mandi, dan tersenyum bahagia saat tidak ada rintis hujan mengenai kepala. Namun ternyata aku salah. Selesai bersiap-siap dan sarapan, rintik hujan turun bersama ribuan teman-temannya. Tidak besar-besar, tapi lumayan rapat.

Hari ini hujan.

Kami memutuskan untuk tetap berangkat pagi ini, khawatir nanti siang hujan makin menggila. Aku di boncengan bapakku, Muksin di boncengan bapaknya. Kami melewati jalanan tanah, sesekali turun untuk membantu bapak mendorong motor yang dijebak lumpur.

Hari ini hujan.

Kami tiba di pasar senin terlambat dua puluh menit dari jadwal keberangkatan bus. Untung ada temanku sesama Pengajar Muda yang tahan menghadapi omelan kenek bus dan ngotot bertahan menungguku turun. Perjalanan darat hampir empat jam ternyata berhasil meluluhkan energi jagoanku. Muksin terkapar. Bahu tegapnya kini lunglai. Dagu nya yang selalu terangkat dan tersenyum kini terkulai di pundakku. Tawa dan lagaknya yang kadang sok preman lenyap tak berbekas. Sekuat apapun Muksin-ku, ia tetap anak desa. Ia tetap asing dengan bahasa mesin, ia tetap janggal dipasangkan dengan kendaraan mekanik dan perjalanan jauh.

Hari ini hujan.

Di tengah hujan yang masih turun, aku ternyata masih melihat semangatnya. Seusai selesai “pingsan” pasca-perjalanan, saat ini ia tengah duduk di pojok beranda kenalanku di Kabupaten sebelah. Sendirian, memegang pulpen, berkutat dengan latihan essay bahasa yang aku berikan.
Hari ini hujan.

Kami (masih) terus berjuang.





  • Share:

You Might Also Like

0 comments