Perjalanan Ke Barat (Tiga Hari untuk Selamanya Part III)
By aghnia mega safira - February 27, 2016
Aku selalu suka perjalanan seperti ini. Aku selalu suka perjalanan ke Barat.
Terlebih saat sore seperti ini. Saat senja mulai turun, saat semesta akan segera mengucapkan selamat tinggal pada sang surya.
Terbayang di benak anak-anakku yang sedang bermain di jalan setapak kampung kami. Anak-anakku yang akan tersenyum malu saat melihatku lewat membawa banyak bawaan dari kota kabupaten. Anak-anakku yang akan ribut melambai dan berteriak memanggilku, “Bu Guru!”
Aku selalu suka perjalanan ke Barat.
Terlebih perjalanan yang satu ini. Di sebelahku duduk jagoanku, Muksin. Hari ini ia telah melewati banyak hal.
Hari ini adalah Hari Besar itu.
Hari dimana anak didikku akan menempuh ujian seleksi tes masuk beasiswa.
Hari yang kami persiapkan sejak bermingu-minggu yang lalu.
Sejak hari dimana aku bolak-balik kampung-kota kecamatan melewati medan ‘berbisa’ untuk mengurus berkasnya. Sejak hari-hari dimana Muksin datang berdua ke rumahku bersama Heri adiknya, untuk belajar hingga larut, hingga Heri tertidur di samping kami.
Hari dimana masa depannya dipertaruhkan.
Hari dimana aku melihat ia berkerut serius menghadapi soal, dimana canda dan senyum usilnya tidak nampak.
Hari yang merupakan harapan besar baginya, karena ia akan sekolah di Jawa kalau ia lolos seleksi beasiswa ini.
Ia akan sekolah di Jawa.
Ia akan sekolah.
Aku jadi teringat percakapan kami kemarin dulu. Percakapan kami di tengah perjalanan satu jam kami ke sekolah. Saat anak-anak lain random bertanya kapan aku akan pulang, kapan aku akan kembali lagi sesudah aku pulang.
“Nanti kalau Bu Guru pulang, jangan nangis ya. Hahahaha…”
“Saya mau ikut bu!”
“Ikut ke Jawa? Ngapain Sin?”
“dia mau ketemu Reva bu! Mau ketemu Boy!”
“enak bu, di Jawa ramai! Disini ja sepi!”
“Enggak ni wei! Enggak ni bu! Betul saya mau ikut Bu! Betul! Serius saya ini Bu!”
“Kenapa kamu mau ikut ke Jawa?”
….
“Pasti ada alasannya ya, Bu?”
Setelah beberapa sesi ejek-ejekan dari teman-temannya karena Muksin-mau-ikut-Bu-Guru-ke-Jawa, tiba-tiba ia berkata
“Saya mau ke Jawa karena saya mau sekolah sih Bu. Kalau saya disini, saya pasti op sekolah Bu. Kemarin Bapak bilang, kalau saya sudah selesai SD ini, saya disuruh op sekolah bu. Ndak disuruh saya sekolah lagi. Tapi saya ndak mau bu.”
Aku tak sanggup berkata-kata. Namun dengan wajah datar dan ekspresi (yang sebenarnya dipaksa) tenang, aku menanggapinya.
“Terus kamu bilang nggak sama Bapak, kamu mau terus sekolah?”
“Bilang ni Bu! Tapi bapak diam saja.”
Aku tak sanggup berkata-kata. Lagi.
“Kenapa kamu mau sekolah, Sin? Jadi petani aja ni,” aku menanggapi sambil sedikit mengganggunya.
“Nggak mau Bu, saya kan mau jadi Guru.”
“Kenapa mau jadi Guru?
“Supaya kayak Bu Guru. Supaya bisa membagikan ilmu.”
Aku tak sanggup berkata-kata. Sungguh.
“Makanya Muksin berdoa ya, supaya bisa sekolah di Jawa. Masih berdoa terus kan?”
Nak, kamu pasti bisa sekolah di Jawa, nak.
Kamu pasti bisa sekolah.
Kamu pasti bisa terus merasakan Perjalanan Ke Barat. Perjalanan pulang dari-entah-dimana saat kamu pulang dari kota tempatmu sekolah. Saat kamu pulang dari kota tempatmu kuliah. Saat kamu pulang untuk ‘membagikan ilmu’.
Berdoa ya nak, ya. Insya Allah ada jalan.
Bismillah.
0 comments